Jumat, 16 Oktober 2015

Cerpen "Si Pelacur", karya Roderick Wilkinson


Diterjemahkan oleh Manneke Budiman
Buku Cerita Pendek Volume 3, Penerbit Mitra Utama Jakarta, 1993.




 Bibirnya yang bagus dan berlipstick terbuka, matanya yang biru menatap -- semua keterkejutan ini cuma terjadi sedetik tatkala ia membuka pintu. Lalu semuanya hilang dan yang ada cuma Myra Langtry lagi, anggun, cantik, gundik laki-laki yang isterinya kini berdiri di ambang pintu.

Norma Cherril, sebagai pihak tamu, tersenyum. "Halo, nona Langtry. Boleh masuk? Aku adalah nyonya Cherril."

"Tentu." Dibawanya tamunya melewati lorong berdinding biru kerang menuju ke sebuah ruang duduk yang luas dan terbuka.

Nyonya Cherill adalah seorang wanita berusia lima puluh enam tahun. Ia langsing, tinggi semampai, dan busana berpotongan anggun berwarna beige yang dikenakannya diimbangi kemudaannya oleh topi putihnya. Ia kelihatan sangat tenang ketika memandang ke luar jendela yang selebar dinding, dan dari situ ia bisa melihat gedung pencakar langit di kota dan, di kejauhan, sungai yang berkelok-kelok. "Boleh duduk?"

Myra menatap, dengan ekspresi lucu di wajahnya, agak bingung menghadapi keberanian wanita ini, yang telah ia diskusikan, ia perdebatkan, ia bayangkan, ia kutuk dan ia kasihani selama setahun belakangan ini. "Mau kopi? Atau, apa maksud kunjungan ini?"

"Tidak, terima kasih." Norma membuka tas putihnya dan mengeluarkan sebungkus rokok. "Engkau tidak menyimpan suamiku di bawah tempat tidur atau di dalam lemari  atau apa saja, bukan, nona Langtry?"

"Aku tidak menyimpannya di bawah tempat tidurku, nyonya Cherril. Di manakah biasanya Anda menyimpan dia?"

"Di tempatmu, sebagai pembukaan, Myra."

"Seperti di sini?" Nona rumah kelihatan agak seperti seekor singa betina dalam celana pendeknya yang ketat. "Sekarang tolong katakan apa maksud kedatanganmu ke mari, Norma sayang. Aku sedang sibuk."

"Engkau pasti sibuk," Norma menyapukan pandangannya pada perabotan jati serta permadani putih yang mewah. "Engkau telah sibuk semenjak lama sebelum bertemu dengan suamiku. Di sebuah apartemen di Collingwood, bukan?" Ia mendesah. "Yah, itu memberimu pengalaman." Ia menyalakan rokoknya. "Aku kemari untuk mengatakan, Myra, bahwa Ralph ingin memutuskan hubungan gelapnya denganmu."

Myra menatap. Ia tertawa. "Ingin . . . ? Bagaimana engkau tahu?"

Norma memandang sekelilingnya. "Ada asbak? Aku tidak suka mengotori ruang pamer yang mewah ini."

Myra menyorongkan sebuah asbak dari batu kumala imitasi. "Bilang saja bila perlu tempat untuk meludah  juga."

"Seperti yang kukatakan, Myra, Ralph ingin menjauhimu. Ia belum mengetahuinya, tetapi ia akan tahu malam ini. Kurasa engkau cukup berhak untuk menjadi orang pertama yang tahu. Begini . . . " (ia menatap nona rumah yang sedang berdiri) " . . . aku telah mengambil keputusan untuk menceraikannya jika ia menghendaki."

"Engkau?"

"Ia mengira itu yang diinginkannya. Sayangku, engkau mungkin tahu sebagaimana halnya aku, bahwa Ralph sedang mengalami masa menopause laki-laki. Banyak pria mengalaminya -- ada yang menyebutnya 'gatal-gatal tujuh tahun'. Salah satu gejalanya adalah keinginan untuk punya hubungan gelap dengan -- katakanlah, orang seperti engkau. Lalu, setelah beberapa bulan tidur bersama, mereka berpikir untuk bergantipartner selamanya."

"Mengapa tidak langsung saja ke pokok persoalan?"

Norma mendesah. "Baiklah. Ralph minta cerai."

"Yang telah kau tolak selama berbulan-bulan."

"Benar. Kini aku berubah pikiran. Ia boleh bercerai setiap saat, dan aku bermaksud memberitahukan padanya malam ini."

Myra menuju ke bar. "Kukira aku perlu minum. Engkau membingungkanku. Mau?"

"Tidak, terima kasih. Seperti kubilang tadi, aku akan mengabulkan keinginannya. Tapi aku tak yakin dia akan mau."

"Oh? Mengapa?"

"Karena ia akan menjadi bangkrut."

Myra berhenti menuang gin. "Bangkrut?"

"Ya. Lihatlah. Ralph itu tidak memiliki apa-apa. Apakah ia tidak mengatakannya padamu?"

"Tidak punya apa-apa?" ia tertawa. "Ia adalah wakil direktur . . . "

"Cherril Corporatian adalah milik keluarga. Ralph nyaris tidak punya andil sama sekali. Ia memiliki kedudukan tinggi, tentu, tetapi itu terjadi karena akulah yang memungkinkannya untuk memperoleh kedudukan itu. Tidak kupungkiri bahwa ia seorang pengusaha yang baik. Ia berjuang mulai dari bawah sekali, anak malang, namun telah kuduga bahwa ia tidak memberitahu engkau bahwa ia tidak punya apa-apa. Ia menikahiku semata-mata demi uang . . . "

"Apa lagi!"

"Sedangkan ia tidur denganmu semata-mata karena engkau adalah seorang pelacur. Dan kurasa ia tahu bahwa ia tidak bisa memiliki kedua-duanya. Rumah kami adalah atas namaku, semua harta benda kami atas namaku, aku yang membayar rekening-rekening, termasuk, cukup aneh memang . . . " (ia memandang pada perabot-perabot dari Denmark) " . . . rumah bordil ini."

Myra mengguncang martininya. "Apa yang ingin kau katakan padaku?"

"Cuma ini. Aku akan menceraikannya jika engkau mau menerima dia hanya dengan pakaian yang melekat di badannya. Karena cuma itulah yang ia miliki."

"Setelah engkau selesai menggarapnya?"

"Tepat."

Myra menghempaskan diri di atas salah satu kursi berukir dan menghirup minumannya. "Engkau benar-benar pelacur."

"Ya, sudah kusangka engkau akan beranggapan begitu. Tapi tidak apa-apa. Untunglah, aku tak ambil pusing dengan apapun pendapatmu tentang diriku. Atau pendapat Ralph. Aku sudah tahu mengenai dirimu selama setahun atau lebih. Dan tentu saja, aku sudah mengenal Ralph selama kehidupan perkawinanku." Norma bangkit dari duduknya. "Kurasa engkau perlu mengetahui situasinya. Ia milikmu. Ia lima puluh satu tahun, dan ia kaya -- saat ini. Ia minta cerai dan kutolak. Aku ingin tahu apakah engkau punya nyali untuk jadi gundiknya seumur hidupmu. Dan ternyata tidak. Yang kau cari adalah keamanan, Myra -- di atas sebuah piring. Engkau mau merampoknya dari orang lain. Boleh -- namun aku ingin engkau sadar bahwa engkau sedang merampok. Ia adalah suamiku. Dan jika engkau merenggutnya, maka engkau merenggutnya tanpa uang satu dolar pun -- kalau bisa kuusahakan -- tanpa pekerjaan sekaligus." Ia tersenyum kepada nyonya rumah yang sedang duduk. "Kebetulan juga, ia kena encok waktu musim dingin."

Myra bangkit dari kursinya. "Kalau saja kita laki-laki, sudah kupatahkan batang lehermu."

"Aku percaya engkau akan melakukannya. Tetapi engkau jauh lebih mahir dalam menghancurkan rumah tangga orang."

Myra melintas menuju ke bar, menaruh gelas dan berbalik. "Tentunya engkau tak akan berpura-pura bahwa engkau pernah mencintainya."

"Tidak perlu. Aku tidak perlu berpura-pura, atau minta maaf, atau menjelaskan, atau memprotes tentang sesuatu padamu. Sama sekali bukan urusanmu. Yang perlu kau cemaskan adalah bahwa engkau boleh memilikinya tanpa apa-apa. Seperti ketika aku menikahinya. Ralph Cherril -- tanpa apa-apa." Norma berjalan ke pintu. "Bicarakan dengannya, Myra. Aku ingin sekali hadir dan mendengarkan bicara." Ia membuka pintu depan. "Jangan repot-repot, aku bisa keluar sendiri -- dan engkau bisa mulai melemparkan barang-barang." Lalu keluar.

Myra terpekur, satu tangan bertumpu pada meja bar, wajahnya yang oval pucat pasi. Di belakangnya, pelan-pelan pintu terbuka dan Ralph Cherril berdiri di situ dengan tangan bertopang pada kisi-kisi pintu. Suaranya rendah, nadanya serak. "Kau dengar apa kata wanita itu. 'Bicarakan dengannya, Myra'."

Ia tidak melihat pada Ralph, melainkan memandang keluar jendela dan pada gedung pencakar langit di kota itu. "Ia benar-benar pelacur."

Cherril adalah seorang lelaki jangkung dan tegap dengan bahu bidang  dan lengan yang kekar. Rambutnya yang kelabu mengkilap tersisir rapih dan mengalihkan perhatian orang dari lehernya yang tebal. Ia kelihatan ganteng dari segi tubuhnya yang besar dan kuat. Ujarnya, "Sebaiknya kau katakan saja padaku bahwa engkau mempercayainya."

Myra tetap menatap keluar jendela dan suaranya terdengar jauh. "Aku tidak harus mempercayai apa-apa, Ralph."

Ralph tiba di belakangnya dan meletakkan tangannya di pinggang Myra. Suaranya melunak. "Apakah engkau bermaksud mengatakan bahwa engkau tak peduli pada apapun yang dikatakannya?"

"Kataku aku tidak harus mempercayai apa-apa. Ia adalah isterimu. Aku adalah aku. Engkau adalah engkau." Myra tertawa kecil dan berpaling menghadapinya. "Persetan, Ralph! Isterimu masuk dari jalanan, mengataiku dengan segudang kata-kata kotor, memberitahu aku bahwa aku boleh memilikimu kalau mau, lalu mengatakan bahwa engkau akan bangkrut tanpa uang sesen pun." Ia tertawa lebih keras. "Belum pernah ketemu dengannya seumur hidupku! Seorang asing. Dan ia memberitahu aku bahwa engkau tak akan mendapat uang saku lagi jika menikahiku. Engkau akan menjadi seorang anak kecil yang miskin."

Cherril nampak sedikit kesal dan pergi ke bar. "Barangkali kedatangan Norma telah membuatmu berpikir dua kali tentang hubungan kita." Ia berhenti, dengan botol whiski di tangannya, dan memandang Myra. "Iya, kan?"

"Persetan! Wanita itu . . . "

"Myra, dengar . . . "

"Tidak, engkau yang dengar, Ralph. Wanita itu, yang tadi berada di sini, mengatakan bahwa ia adalah bankirmu dan engkau bekerja padanya, dan jika kita menikah maka yang akan kau bawa ke pesta pernikahan cuma korek apimu, yang jangan-jangan juga atas namanya. Aku selalu berkata bahwa aku tak peduli apa yang akan dibawa oleh seorang laki-laki jika ia menikahiku, asal aku mencintainya. Ia boleh membawa akordionnya, atau saudaranya yang bertangan satu, atau usus besarnya, atau gigi palsunya. Apa saja. Itulah selama ini yang kupikirkan." Ia mulai berjalan mondar-manidr dengan gusar. "Yah, aku baru saja mempelajari sesuatu hari ini, bahwa engkau atau laki-laki manapun tak akan membawa ke pesta kawinku -- seorang istri!"

"Myra, jangan bicara seperti itu!"

"Jangan bicara apa? Tentang orang yang akan kau kawini?"

"Engkau mempercayainya?"

"Tentu saja aku percaya padanya. Aku mempercayai setiap patah kata yang diucapkannya. Ia akan memetiki semua daunmu sebelum menceraikanmu."

Ralph menuang whiski lalu menghentakkan botol di meja bar. "Ia berdusta!"

"Aku tak peduli apakah ia dusta atau tidak. Tak ada wanita yang memberiku seorang suami. Engkau tidak diceraikan. Engkau dijual olehnya! Dengan cuma-cuma."

"Jangan ngawur. Norma berbohong."

"Oh ya?"

"Baik." Cherril mengangkat gelasnya pelan-pelan lalu menghampiri jendela, suaranya semakin pelan. "Anggap saja ia tidak berbohong. Anggap saja aku akan bangkrut -- tanpa pekerjaan, tanpa uang, tanpa apa-apa. Maukah engkau menikah denganku? Engkau selalu berkata selama berbulan-bulan bahwa itulah yang kau kehendaki -- perkawinan." Suaranya berubah menjadi sangat beringas. "Perkawinankah itu bagimu? Besar. Kaya. Wakil direktur. Atau cuma Ralph Cherril. Miskin. Tak punya apa-apa. Mengapa tidak kau katakan padaku sekarang, Myra. Itu yang selalu kau katakan, bukan? Engkau mau menikah denganku sekalipun aku cuma seorang tukang pasang pelapis tembok."

Myra memandangnya datar. Lalu ia menghampiri telpon di atas rak, mengangkatnya, dan meletakkannya di meja kecil di depan Ralph. "Telpon dia."

"Siapa?"

"Norma."

"Dia belum sampai di rumah."

"Tinggalkan pesan agar dia menelpon kemari."

"Lalu apa?"

"Katakan padanya bahwa engkau ada di sini. lalu mintalah cerai."

Ia menatap. "Lewat telpon?"

"ya. Di sini."

"Myra, dengar . . . "

"Telpon dia sekarang!" Mata Myra bersinar-sinar.

"Itu bukan suatu keputusan yang . . . "

"Kuberi kesempatan terakhir, Ralph. Telpon Norma. Katakan padanya untuk mengurus perceraian itu."

Ralph memandangnya, memandang gelas whiskinya, meneguknya, lalu menghentakkan gelas itu di meja sebelum tersuruk, penuh kegusaran, ke kamar tidur. "Engkau percaya padanya, bukan?"

Myra memandang keluar jendela. Suaranya suram. "Selamat tinggal, Ralph."

Ia mengencangkan dasinya. "Engkau tidak sanggup menikah denganku tanpa apa-apa."

"Selamat tinggal, Ralph."

Ia menuju ke pintu dengan marah dan keluar.

Cherril melangkah dari elevator menuju teras dan keluar melalui pintu berganda di gedung apartemen itu. Ia berjalan menuruni tangga dan matanya menangkap kemilau mobil Rolls hitam dengan supir yang baru saja membukakan pintu belakang. Ia menatap, menggigit bibirnya dan ragu-ragu. Lalu ia masuk ke dalam mobil. Supir menutup pintu dengan perlahan.

Norma duduk di bangku belakang. Ia membuka kotak rokoknya. "Mengapa begitu lama?"

"Ralph memandangnya kesal. "Engkau . . . pelacur!"

Norma menyalakan rokoknya, sementara Rolls mulai bergerak. Ia menghisap dan menghembuskan asapnya pelan-pelan. "Untuk kedua kalinya aku dikatai begitu hari ini. Aku mulai berpikir barangkali itu benar." ***




Roderick Wilkinson

Penulis, penyiar radio, dosen; cerpen-cerpennya, buku-bukunya, artikel-artikelnya dan drama-dramanya sudah diterbitkan dan dipancarkan ke banyak negara. Cerpen-cerpennya sering muncul di majalah -majalah di Inggris, USA, Belanda, Belgia, Perancis, Jerman dan negara-negara lainnya.

https://www.facebook.com/notes/opayus-unchained-pearsaga/cerpen-si-pelacur-karya-roderick-wilkinson/10150298429554669?__mref=message

Tidak ada komentar:

Posting Komentar