Sabtu, 21 Maret 2015

Edgar Allan Poe & Gila



Buku jadul "Maut dan Misteri" memuat empat cerpen Edgar Allan Poe: Kucing Hitam, Sistim Dr. Tarr dan Prof. Fether, Sumur dan Bandul, Si Kodok. Jadi judul "Maut dan Misteri" mungkin diberikan oleh penerbit atau penerjemah, Trisno Sumardjo.
http://opayus.blogspot.com/2015/03/buku-jadul-bersampul-gambar-oleh.html

Tentang pengarang saya salin dari buku (yang tercetak dalam ejaan lama).

"Edgar Allan Poe sekarang diakui oleh seluruh dunia sebagai salah seorang pengarang prosa dan puisi Amerika yang terbesar; antara pengarang-pengarang di sana dari abad 19 ia paling banyak dibaca serta mempunyai pengaruh di mana-mana. Roman-roman detektif modern sebagian besar menuruti metode yang dipergunakan Poe dalam karangan-karangannya Murders in the Rue Morque, The Mystery of Marie RogĂȘt, dan lain-lain. Tapi meskipun begitu, selama hidupnya ia kurang dimengerti orang, bahkan sering dihina dan dianggap gila.

"... Karya-karya prosa Edgar Allan Poe mentakjubkan, tak hanya karena pemikiran yang tajam disertai daya khayal yang unik dengan penjajagannya dalam jiwa manusia secara mendalam dan tak jarang meremas-remas hati -- Poe adalah penjelajah yang luar biasa atas kepedihan dan penderitaan manusia -- tapi juga karena kekhususan gayanya yang tak kita ketemui pada pengarang-pengarang lain dan karena kepadatan isi karya-karyanya, kehebatan emosi serta kemantapan ungkapannya. Ternyata bahwa kehidupannya yang penuh penanggungan itu telah dihayati sepenuhnya olehnya dan disalurkan melalui bakat besarnya dalam cerita-cerita serta sajak-sajaknya, dibimbing oleh keluhuran sikap yang tak kenal keluh-kesah bagi dirinya sendiri, bahkan, bagaimanapun keadaan pribadinya, ia masih memandang kehidupan sebagai kekuatan yang ampuh dan berharga."

Ceritanya yang berjudul "Sistim Dr. Tarr dan Prof. Fether" berkisah tentang kejadian di rumah sakit jiwa di mana dokter yang mengepalai rumah sakit itu juga telah menjadi gila.

Saya salinkan dua alinea dari "Kucing Hitam" untuk menutup catatan ini.

"Tertekan oleh siksaan-siksaan seperti ini, lenyaplah sisa-sisa kecil kebaikan budi dalam diriku. Cuma pikiran-pikiran jahat yang menemani aku -- amat jahil dan durhaka! Rasa tak senangku meningkat jadi rasa benci terhadap semua hal dan seluruh umat manusia, maka yang menjadi korban dari ledakan-ledakan amarahku yang bertubi-tubi dan tak terkendalikan serta membabi buta ini -- o, celaka! -- adalah seringkali isteriku sendiri yang sabar dan penurut itu!

Pada suatu hari ia menemani aku mengambil sesuatu buat keperluan rumah tangga, masuk dalam kolong di bawah rumah tua yang terpaksa kami diami akibat kemiskinan kami. Kucing itu mengikuti aku turun tangga terjal, sampai aku hampir tergelincir. Hal ini membuat darahku mendidih. Lupa akan kecemasan kekanak-kanakan yang sampai kini mencegah tanganku, dalam amarah itu kuangkat setangkai kapak. Kutujukan pukulan pada binatang itu yang pasti ketika itu juga akan celaka, jika pukulan jatuh seperti apa yang kumaksudkan. Tapi pukulan ditahan oleh tangan istriku. Tangkisan ini membuat aku mengamuk lebih dari setan; kusentakkan tanganku dari genggamannya dan kukubur kapakku dalam otaknya. Dia jatuh mati di tempatnya tanpa merintih."



Tidak ada komentar:

Posting Komentar