Kamis, 10 September 2015

Saya Suka Menangis


Saya suka bilang pada diri saya sendiri, "Jangan cengeng!"
Kalimat ini lebih banyak berupa bentakan yang saya dengar waktu saya kecil.

Saya suka curhat kepada teman-teman baik bahwa saya cengeng. Teman seniman bilang, itu adalah modal untuk menjadi seniman, yaitu sentimental dan melankolis. Seniman harus mengasah perasaannya, harus kaya dengan 'rasa'. Ditambahkannya, juga harus romantis. Apakah saya romantis? Hanya isteri saya yang tahu benar. Saya pernah tanya padanya dan jawabnya membuat saya kecewa, karena menurutnya saya kasar dan egois.

Belum lama ini saya membaca ulang sebuah novelet pop (sudah dipublisir tahun 80-an) yang pernah saya tulis dan saya kecewa karena cerita itu tentang perselingkuhan suami yang baik dengan perempuan tidak baik, penuh ratapan cinta egois yang rasanya konyol bagi lelaki tua seumur saya sekarang. Tapi dulu seorang teman penulis memuja saya karena kehebatan saya menulis cerita ini. Jika dia seorang perempuan mungkin telah membuat cerita khayalan saya itu menjadi nyata saya alami.

Saya dididik dengan sangat keras, penuh kekerasan (KDRT). Tidak heran saya banyak menangis. Menangis adalah jatah setiap hari. Saya menangisi diri sendiri. Dan saya belajar menangisi orang lain. Saya suka mengamati orang lain, pertanyaannya selalu "apakah dia lebih beruntung dari saya?" Di masa remaja saya telah menjadi orang aneh yang suka menyendiri, asyik menulis dan menggambar apa saja. Dan saya sudah bisa mencari uang dengan berkarya sejak masih di Sekolah Menengah Pertama. Tetapi saya masih suka menangis jua. Saya menyaksikan banyak kekerasan di sekeliling saya, saya mendengar berita kekerasan di seluruh dunia, saya anti kekerasan. Saya menangisi dunia karena saya mengalami kekerasan dengan banyak bentuknya. Saya bertumbuh untuk mengerti jahat.

Jika saya ditanya apa jahat itu, jawab saya, "Perbuatan kepada orang yang membuat orang itu menangis". Banyak orang yang menangis diam-diam dan menangis dalam diam. Banyak orang berbuat jahat tanpa disadarinya. Banyak kejadian yang jahat dalam hubungan cinta (Teman curhat saya bilang, "Saya tahu dia sayang saya tapi dia tidak tahu bahwa perbuatannya menyakiti saya."). Tetapi di dalam cinta tidak ada jahat. Cinta itu menguatkan, tidak pernah melemahkan.

Saya salin potongan email saya kepada seorang teman baik baru-baru ini:

Saya orang yang hidup banyak kecewa dan dirundung sedih (saya memang penyedih sejak kecil) tetapi Tuhan YME selalu menguatkan saya. Sekarang saya bisa bahagia meskipun penderitaan terus saja ada. Puji Tuhan.

Ya, saya suka menangis.
saya suka menangis sampai sekarang. Baru saja saya menangis lagi membaca ini:

PERJANJIAN DALAM KANDUNGAN

Jangan pernah bunuh dia
Jangan pernah menghalangi rencana indahnya
Jangan pernah malu untuk melahirkannya
Jangan pernah menyesal telah memilikinya
Jangan pernah merasa hina dengan kehadirannya
Jangan pernah merasa dunia tiada tempat untuknya
Jangan pernah takut pengharaman mereka
Percayalah dia bagian dari rencana indahNya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar