Kamis, 02 April 2015

Kamis Putih dan Sahabat



Saya tidak tahu apakah saya sungguh suka 'Kamis Putih'. Dua kata itu terasa puitis yang sendu. Di Gereja pada hari Kamis Putih dirayakan Tuhan Yesus membasuh kaki kedua belas muridNya. Murid-murid itu juga sahabat baiknya. Di antara kedua belas murid itu juga ada Yudas yang diketahuiNya mengkhianatiNya. Saya tak bisa membayangkan bagaimana perasaanNya pada waktu itu, tahu Dia harus berpisah dengan orang-orang yang disayang dan menyayangiNya untuk selama-lamanya, dan (sekaligus) salah seorang sahabat yang disayangiNya mengkhianatiNya.

Yesus membasuh kaki semua muridNya untuk menyatakan cinta yang terakhir kali. Saya selalu terpana dan merenung sedih mendengar atau membaca kembali ucapanNya, satu ayat yang sangat meresap dalam jiwa saya, "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. -Yoh 15:13."

Sahabat karena cinta. Saya percaya teman adalah jodoh.

Saya orang yang suka berteman. Saya berteman tanpa mempedulikan jenis kelamin. Bagi saya, jika saya bertemu dengan seorang yang baik maka dia layak menjadi teman saya. Saya berpegang kepada ucapan Rasul Paulus (orang yang saya kagumi karena pengalaman hidupnya yang unik sekali): Jangan berteman dengan orang jahat.

Tapi semua orang kan bisa saja menjadi jahat pada suatu saat. Jahat itu manusiawi. Saya sendiri sering merasa bukan orang baik dan mati-matian sesadar mungkin untuk tidak menjadi jahat. Dan jika ada teman baik yang menjadi jahat, saya berusaha meladeninya dengan semangat 'mencinta sampai terluka' (pinjam judul buku psikologi populer yang pernah saya baca dan sekarang lupa nama penulisnya). Jika saya telah terluka maka saya menghindar. Hubungan bisa saja putus dan suatu saat saya percaya akan nyambung lagi, tetapi saya tidak mungkin melupakan teman saya. Maka itu saya percaya teman adalah jodoh.

Facebook sangat populer sebagai media sosial pertemanan. Berteman di dunia maya sangat menyenangkan. Saya punya banyak teman yang belum pernah bertemu, tidak kenal sosoknya, dan saya berimajinasi sepenuh-penuhnya bahwa dia orang baik. Menurut saya, pertemanan di dunia maya jauh lebih mudah daripada di dunia nyata. Saya suka bersurat-suratan dan menyebutnya sebagai 'seni inbox'. Facebook membuat saya merasa jadi orang berguna. Saya tidak pernah memblokir teman, tetapi saya pernah remove satu orang teman baru, perempuan, yang mengirimi saya foto-foto bagian terlarang tubuhnya dan menyatakan taripnya untuk pemakaian perjam dan perhari. Maaf saja, saya bukan pemakai apalagi pencandu.

saya orang yang sentimental. Saya melihat semua orang sebagai manusia yang punya perasaan seperti saya. Sebisa mungkin --sesadar saya-- saya tidak akan menggunakan orang lain sebagai alat kepuasan untuk nafsu apapun. Teman bukan alat untuk dipakai demi memudahkan hidup, demi kesenangan dan kemewahan atau kemegahan. Teman adalah seorang manusia seperti saya yang membuat saya merasa bangga dan senang menjadi manusia (bukan malaikat atau setan).

Ada yang mengatakan adalah berbeda rasanya makna kata teman dan sahabat. Maka ada istilah 'teman biasa', ada juga istilah 'teman dekat'. Untuk teman baik banyak yang lebih suka menyebut sebagai 'sahabat karib'. Bagi saya tidak ada teman biasa, teman selalu spesial. Dan saya suka menjadi teman dari siapa saja, tak peduli jenis kelamin, umur, pangkat dan agamanya... asal orangnya baik.

Saya heran jika ada orang yang bisa membuang temannya. Di Facebook bisa, di dunia maya, dengan mudah membunuhnya (hanya butuh satu klik mouse komputer) . Di dunia nyata, bagi saya, itu adalah sebuah kekejian.

Saya tidak tahu apakah saya sungguh suka Kamis Putih.
Saya pernah mengalami dibuang teman baik, rasanya menjadi duka yang panjang.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar