Selasa, 21 April 2015

Selamat Hari Kartini & Pesan Pramuria dari Lucknow



Tajuk Rencana harian Kompas pagi ini berjudul "Relevansi Peringatan Hari Kartini". Alinea pembukanya begini, "Hari ini kita kembali memperingati hari kelahiran Kartini seraya mencari relevansi perjuangannya untuk perbaikan kondisi perempuan Indonesia." Dikatakan bahwa banyak perubahan terjadi sejak Kartini memperjuangkan nasib perempuan Indonesia. Zaman sekarang banyak perempuan Indonesia yang hebat dan mengagumkan dalam berbagai bidang. Saya salin ini:

"Meski demikian, perempuan masih mengalami banyak persoalan yang menghambat potensinya berpartisipasi dalam pembangunan.

Salah satunya, masih tingginya angka kematian ibu (AKI). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 mencatat AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, kembali seperti situasi tahun 1990. Angka itu jauh dari target Sasaran Pembangunan Milenium, yaitu 102 pada tahun ini dan jauh dari capaian tahun 2007, yaitu 228.

Masih tingginya AKI menjadi ironi karena Kartini meninggal saat melahirkan anak pertamanya pada usia 25 tahun, lebih dari 100 tahun lalu.

Salah satu penyebab tingginya AKI adalah masih terjadinya praktik pernikahan dini pada anak perempuan, belum memadainya layanan kesehatan reproduksi bagi remaja putri dan perempuan, termasuk belum terpenuhinya kebutuhan layanan keluarga berencana."


Artikel opini di halaman tujuh berjudul "Impian Kartini dalam Nawacita" oleh Omas Bulan Samosir. Saya catat,

"Perempuan Indonesia akan bertambah sebanyak 6,3 juta jiwa dari 127,1 juta jiwa pada 2015 menjadi 133,4 juta jiwa pada 2019. Selain itu, pada periode 2015-2019, Indonesia juga akan diwarnai lebih banyaknya perempuan usia 15 tahun ke atas daripada laki-laki usia 15 tahun ke atas. Pencapaian sasaran pembangunan perempuan dan visi pembangunan nasional 2015-2019, terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong, akan sangat bergantung pada pemanfaatan dinamika kependudukan ini.

Perempuan Indonesia (masih) mengalami berbagai bentuk ketidakadilan dan diskriminasi. Ketidakadilan dan diskriminasi terjadi antara lain dalam akses terhadap pembangunan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja."


Saya menyimpan catatan yang saya salin dari buku "Pramuria dari Lucknow", sebuah novel berdasarkan kisah nyata karya Mirza Mohammad Hadi Ruswa. Saya salinkan lagi di sini satu alinea di penghujung buku, seperti sebuah pesan untuk pendidikan anak perempuan.

"Sebelum kisah saya berakhir, saya ingin menyampaikan beberapa patah kata kepada wanita-wanita sejawat saya. Saya harap kata-kata ini akan terukir di hati mereka. Wahai kaum wanita yang bodoh, janganlah berangan-angan bahwa akan ada orang yang mencintaimu secara sungguh-sungguh. Pacarmu yang pada hari ini bersumpah akan mengorbankan jiwanya untukmu selang sebentar saja akan meninggalkan dirimu. Mereka selamanya takkan teguh, karena engkau tak pantas diteguhi. Yang pantas dihadiahi cinta adalah wanita-wanita yang hanya melihat wajah seorang laki-laki saja. Tuhan takkan menghadiahkan cinta sejati kepada seorang pelacur."

  https://www.facebook.com/notes/opayus-unchained-pearsaga/beberapa-lembar-penutup-buku-pramuria-dari-lucknow-karya-mirza-mohammad-hadi-rus/10150311970294669



Tidak ada komentar:

Posting Komentar